“Udah lapor ke 123 (nomor pengaduan PLN –red),” tanyaku.
“Udah, baru aja selesai (pengaduannya –red),” jawab Bu RT.
“Bagus, itu namanya RT Siaga,” candaku, kami tertawa renyah.

Listrik itu bukan hanya masalah gelap di malam hari, bukan masalah charging HP atau Laptop atau menonton TV, tapi masalah yang lebih mendasar lagi, yaitu air.

Ya, mungkin sewaktu kecil, masih ada sumur timba atau pompa manual, tapi kini daerahku sudah menjadi sebuah kota di mana mengambil air tanah harus dengan pompa listrik. Ketika listrik padam, kami harus menunggu listrik menyala untuk kebutuhan air. Alhasil, rutinitas pagi terganggu karena kelangkaan air, kami harus mandi, tumpukan piring harus dicuci untuk makan, buang air besar juga harus pikir-pikir karena cadangan air di kamar mandi terbatas, atau singkatnya kebutuhan MCK (Mandi, Cuci, Kakus) jadi terganggu.

Singkat cerita, sejak selepas waktu maghrib listrik sudah padam setengah, dan akhirnya padam total malamnya hingga kini (sampai tulisan ini dibuat – 28 Mei 2018 10:06). Akhirnya aku kontak ke nomor 123 untuk pengaduan PLN dan berbincang dengan Bu RT perihal itu.

Dari situ terlihat bahwa ketergantungan akan energi sangat tinggi, dalam hal ini energi listrik, terutama di daerah urban di mana aku tinggal. Karena semua itu menyangkut kebutuhan hidup orang banyak, bukan hanya sekedar hemat energi, tapi pengelolaan sumber daya yang baik. ⚡??